Dalam usaha mengurangi pencemaran lingkungan atau pemanasan global, produsen mobil telah berhasil menciptakan mobil yang bisa menggunakan berbagai energi alternatif. Antara lain, hidrogen, bahan bakar gas (CNG) atau di Indonesia disebut BBG, elpiji, dan terakhir yang juga mulai populer adalah mobil listrik.
Namun, di antara kendaraan tersebut, hibrida masih menjadi pilihan utama produsen. Hebatnya, hibrida bukan lagi konsep, tetapi sudah dipasarkan secara massal. Salah satu contohnya adalah Toyota Prius dan Honda Insight.
Problem
Sumber energi alternatif, seperti hidrogen, BBG, dan elpiji memang menarik. Masalahnya, untuk bahan bakar jenis tersebut diperlukan infrastruktur yang cukup mahal. Hal tersebut disebabkan sifat gas; harus dikompresi, yang menyebabkan tekanannya sangat tinggi. Akibatnya, diperlukan tangki yang berat dan juga penanganan yang khusus.
Di lain hal, mobil listrik memang sangat menarik. Problemnya, jarak tempuh untuk satu kali pengisian baterai sangat terbatas. Infrastruktur untuk mengisi ulang belum tersedia, terutama di tempat-tempat umum. Di samping itu, waktu yang dibutuhkan untuk mengisi ulang baterai masih relatif cukup lama. Alhasil, solusi paling pas adalah hibrida.
Sumber penggerak
Berbeda dengan hibrida. Sumber penggeraknya dua, yaitu motor bakar (mesin konvensional) dan motor listrik. Kekurangan dari dua sumber penggerak hanya biaya atau harga yang lebih mahal dibandingkan dengan satu mesin saja. Di samping itu, teknologinya juga tambah rumit.
Sebaliknya, keuntungan mobil hibrida, konsumsi bahan bakarnya sangat irit. Nilai plus lainnya, ramah terhadap lingkungan. Pemilik mobil hibrida adalah orang yang ikut berpartisipasi mengurangi pemanasan global, yang sekarang ini kondisinya makin mencemaskan.
Pemilik mobil hibrida tidak akan menghadapi masalah seperti pada mobil listrik, hidrogen, BBG atau elpiji. Kondisinya sama saja dengan mobil yang digunakan sekarang ini karena menggunakan bahan bakar bensin atau diesel yang bisa diperoleh di hampir setiap SPBU.
Sumber penggerak utama mobil hibrida masih menggunakan mesin pembakaran dalam (internal combustion). Sumber energi adalah minyak (bensin atau solar). Kedua jenis bahan bakar tersebut mudah diperoleh.
Lantas, sebagai tenaga tambahan dan digunakan pada kondisi tertentu, digunakan motor listrik. Penggerak yang disebutkan terakhir memperoleh energi listrik dari baterai atau aki. Di lain hal, baterai memperoleh energi dari mesin, listrik dari rumah, dan hasil pemulihan saat rem digunakan.
Mengirit
Dalam kenyataannya, energi yang dihasilkan mesin tidak bisa digunakan semuanya untuk mengerakkan kendaraan. Sebagian energi terbuang begitu saja misalnya ke sistem pendingin, knalpot, komponen mesin, dan transmisi yang bergerak plus bergesekan.
Malah saat mobil direm, energi terbuang begitu saja. Komponen rem yang ada di roda malah jadi panas. Tepatnya, energi gerak dari mesin berubah menjadi energi panas. Nah, pada mobil hibrida masa kini, energi tersebut diambilkan lagi.
Saat mobil direm, energi kinetik diubah menjadi listrik. Caranya, pada as roda atau pada transmisi dipasangi generator. Listrik yang dihasilkan oleh generator, baik ketika mesin utama berputar, maupun saat mobil direm, diubah menjadi listrik. Selanjutnya, energi listrik tersebut disimpan di dalam baterai.
Motor listrik
Pada kondisi tertentu, bila mobil hendak tancap gas (akselerasi), mobil tidak lagi mengontrol mesin untuk menaikkan putaran. Komputer mobil akan mengontrol tenaga tambahan dari motor listrik yang memperoleh sumber energi dari baterai.
Bahkan, bila perlu, saat lalu lintas macet berat, dan jalan mobil merambat, cukup dengan memanfaatkan tenaga listrik. Mesin utama tidak perlu hidup. Kondisi tersebutlah yang membuat mobil hibrida jauh lebih irit.
Di lain hal, bila tenaga di baterai mulai berkurang, mesin utama akan berfungsi seperti mobil sekarang ini. Selain bisa digunakan untuk menempuh perjalanan jauh, tentu saja laju tersebut digunakan mengisi baterai. Malah mobil hibrida mutakhir—yang sudah menggunakan baterai lithium-ion—bisa diisi dengan cepat. Cukup dengan mencolokkan stekernya ke stop kontak rumah!
Hemat BBM dengan Mobil Hibrida(1 Liter = 25km)
Jika pemakaian bensin anda 10 liter setiap hari dengan pertamax plus akan menghabiskan Rp36,5 juta per tahun, dengan mobil hibrida anda cukup mengeluarkan Rp18,25 juta per tahun. Bahkan jika anda memakainya dengan efisien bisa hemat lagi sampai Rp3,65 juta per tahun. Anda bisa menghemat lebih dari Rp32 juta per tahun dari bensin dengan menggunakan mobil Hibrida!
Jika anda memakai mobil bensin selama 10 tahun, anda harus menghabiskan biaya untuk bensin sebesar Rp 365 juta. Uang sebesar itu cukup untuk membeli rumah atau biaya pendidikan anak anda dari TK hingga perguruan tinggi. Padahal dengan mobil Hibrida/Listrik anda cukup mengeluarkan uang sebesar Rp 36,5 juta. Apakah anda mau mengeluarkan uang sebanyak itu untuk membeli bensin dari perusahaan-perusahaan minyak dan mengubahnya jadi asap? Dengan mobil Hibrida anda tak perlu takut jika listriknya habis, karena bensin langsung bisa menggantikannya. Performancenya juga tidak kalah dengan mobil bensin, karena begitu tenaga dirasa kurang, mobil ini bisa menggunakan tenaga listrik, baterai, dan bensin sekaligus.
Meski demikian harga mobil hibrida masih mahal, yaitu sekitar US$ 50.000 (Rp 450 juta lebih). Ini karena mobil Hibrida selain membuat sistem bensin juga membuat sistem listrik.
Sebetulnya ketimbang pemerintah membebaskan bea masuk mobil mewah 3000 cc yang boros BBM (baca Antara dan DetikFinance.com), akan lebih baik jika pemerintah membebaskan bea masuk mobil listrik dan mobil hibrida. Sehingga selain hemat BBM juga lebih ramah lingkungan karena tidak menimbulkan polusi.
Mesin Hibrida “Tak Bersuara” Justru Jadi Masalah!
USULAN dari lembaga legislasi di Amerika Serikat untuk menggulirkan sebuah perundang-undangan mengenai pembatasan level suara pada mesin hybrid (hibrida) dan mesin listrik awalnya ditanggapi sebagai hal konyol oleh publik. Namun, sebuah kecelakaan yang menimpa bocah berusia delapan tahun pada hari Minggu lalu telah menyadarkan banyak orang.
Adalah Owen Erickson, nama si bocah, yang sedang bermain sepeda pada hari itu. Ia tak menyadari ada sebuah mobil Toyota Prius bermesin hibrida tengah melaju ke arahnya. Owen tetap mengayuh sepedanya seolah jalan masih lowong, dan “braaakk!”… Owen tersungkur. Beberapa luka memar pun ‘menghiasi’ tubuh kecilnya, plus benjol di kepala.
Owen sebenarnya berada di pihak yang salah pada kecelakaan itu. Tapi, ibunda Owen berkeras dan malah menuding kesalahan ada pada pengendara Prius yang menggunakan mode EV silent pada mesin ramah lingkungan tersebut. Akibatnya, Owen tak bisa mendengar ada mobil yang mendekat hingga ia tertabrak.
Kecelakaan ini merupakan insiden pertama kali di AS yang dikaitkan dengan polemik seputar isu regulasi level suara pada mesin hibrida (dan juga mesin listrik). Publik yang semula memandang usulan regulasi tersebut sebagai hal yang konyol menjadi sadar dan mulai mempertanyakan pentingnya perundang-undangan tersebut.
Mobil Hibrida Paling Irit di Dunia Saat Ini
Sejak bergolaknya harga minyak dunia yang melambung tinggi dan di barengi isu global warming produsen mobil berlomba-lomba membuat mobil yang irit dan ramah lingkungan atau sering di sebut mobil hibrida. Mobil hibrida adalah mobil yang menggunakan listrik dan bensin sebagai sumber energinya, sehingga pemakaian bahan bakar bisa dihemat.
Produsen mobil yang paling irit menurut situs hybridcars.com ialah toyota prius, toyota Prius ini menduduki peringkat paling atas. Sehingga tidak heran jika tingkat penjualan mobil ini menjadi melambung tinggi, saat ini sudah terjual 1,7 juta unit Prius terjual diseluruh dunia. Bahkan di Amerika Serikat, Prius menjadi ikon mobil hibrida, dan menjadi nama generik mobil hibrida.
Produsen mobil yang paling irit menurut situs hybridcars.com ialah toyota prius, toyota Prius ini menduduki peringkat paling atas. Sehingga tidak heran jika tingkat penjualan mobil ini menjadi melambung tinggi, saat ini sudah terjual 1,7 juta unit Prius terjual diseluruh dunia. Bahkan di Amerika Serikat, Prius menjadi ikon mobil hibrida, dan menjadi nama generik mobil hibrida.

Sejak debut generasi kedua Toyota Prius pada 2003, mobil hibrida ini terus naik pamor dari “niche product” menjadi “best seling” nomor tiga dari seluruh produk Toyota yang dijual di Amerika Serikat. Performa Prius belum bisa disamai mobil hibrida lain. Dengan kemampuan tersebut, tingkat kepuasan pemakai Prius terhadap mobil ini konsisten 98 persen.
Prius generasi ketiga dimensinya lebih besar. Bodi lebih panjang 100 mm dan 25 mm lebih lebar. Mesin lebih besar dan juga bertenaga. Semula menggunakan mesin 1,5 liter, kini 1,8 liter. Tenaga mesin naik dari 110 PS menjadi 136 PS.
Kendati demikian, sampai saat ini hanya Toyota Prius yang bisa menghasilkan konsumsi bahan bakar 21,5 km/liter!
SUMBER:KOMPAS.com